Senin, 12 Maret 2012

karakteristik dan sosial ekonomi masyarakat pesisir

Masyarakat pesisir berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerahnya. Masyarakat pesisir dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:

a) Masyarakat Perairan, yaitu kesatuan sosial yang hidup dari sumberdaya perairan, cenderung terasing dari kontak dengan masyarakat lain, lebih banyak hidup dilingkungan perairan daripada darat, berpidah- pindah dari satu teritorial perairan tertentu. Golongan ini cenderung egaliter dan mengelompok dalam kekerabatan setingkat dan kecil.


b) Masyarakat nelayan, golongan ini umumnya sudah bermukim secara tetap di daerah yang mudah mengalami kontak dengan masyarakat lain, sistem ekonominya bukan lagi subsistem tetapi sudah ke sistem perdagangan yaitu hasil sudah tidak dikonsumsi sendiri namun sudah didistribusikan dengan imbalan ekonomis kepada pihak lain. Meski memanfaatkan sumberdaya perairan, namun kehidupan sosialnya lebih banyak dihabiskan di darat.

c) Masyarakat pesisir tradisional. Meski berdiam dekat perairan laut, tetapi sedikit sekali menggantungkan hidupnya di laut. Mereka kebanyakan hidup dari pemanfaatan sumberdaya di daratan sebagai petani, pemburu atau

peramu. Pengetahuan tentang lingkungan darat lebih mendominasi daripada pengetahuan lautan.

Karakteristik umum masyarakat pesisir adalah sebagai berikut: pertama, ketergantungan pada kondisi ekosistem dan lingkungan. Keadaan ini berimplikasi pada kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir yang sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan khususnya pencemaran, karena dapat mengguncang sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kedua, ketergantungan pada musim, ini karakteristik yang menonjol di masyarakat pesisir, terutama bagi nelayan kecil. Pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur dan ketiga, ketergantungan pada pasar. Karena komoditas yang mereka hasilkan harus segera dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka nelayan dan petambak harus menjual sebagian besar hasilnya dan bersifat segera agar tidak rusak.



1.    Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove

Kondisi sosial masyarakat sekitar hutan mangrove mempunyai karakteristik berbeda dengan kondisi hutan lainnya. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mangrove di wilayah pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan, sebagian lainnya petani, karyawan, wiraswasta, pertukangan, buruh tani, dan jasa. Mata encaharian sebagai nelayan didorong oleh kondisi alam yang berada pada perbatasan daratan dan lautan.sementara pekerjaan sebagai petani adalah dengan menggarap lahan daratan di sekitar tambak dengan tanaman padi.

Penggunaan lahan masyarakat disekitar hutan mangrove pada umumnya adalah untuk jalan, sawah dan ladang, bangunan umum, empang, pemukiman/perumahan, jalur hijau dan rawa, dan pemakaman.

Kondisi sosial budaya pada umumnya berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan fasilitas pendidikan yang ada di sekitar hutan mangrove sangat minim, sedangkan jarak tempuh ke ibukota sangat jauh.

Prasarana ekonomi masyarakat sekitar hutan mangrove adalah sarana jalan desa yang bisa ditempuh dengan sepeda motor ataupun kendaraan beroda empat. Alat transportasi yang dijumpai adalah sepeda, sepeda motor, becak, mobil, truk, perahu dayung/sampan, dan perahumotor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar