Jumat, 27 Juli 2012

ekspedisi cincin api

Jauh dari hiruk-pukik ibu kota Jakarta, satu tim yang terdiri dari wartawan, ahli geologi, arkeologi, botani serta antropologi, mengintensifkan diri dalam sebuah perjalanan yang dinamai Ekspedisi Cincin Api Kompas.

Ekspedisi dilakukan selama satu tahun lamanya. Liputannya akan ditayangkan mulai tanggal 14 September diHarian Kompas, KompasTV dan Kompas.com. Sejak Juni 2011, tim ekspedisi melakukan perjalanan secara bertahap ke sejumlah kawasan gunung berapi dan patahan yang masuk dalam zona cincin api (ring of fire) di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang berada di garis depan pertemuan antar tiga lempeng, yaitu lempeng austronesia, asia, dan pasifik. Gesekan antar lempeng itu—terutama antara australia dan asia—membuat bawah bumi Indonesia selalu bergejolak dan mendidih. Selain berada di garis tumbukan tiga lempeng (Indo-Sutralia, Eurasia, dan Pasifik), Indonesia juga dalam lilitan sabuk api pasifik atau pacific ring of fire. Lempeng bebatuan di bawah bumi Indonesia, kecuali Kalimantan, termasuk yang paling retas di dunia. Hal ini dicirikan dengan banyaknya gempa bumi, dan gunung api yang berjajar mulai dari Aceh hingga Papua. Hingga sebelum terjadinya gempa diikuti tsunami yang melanda Aceh 26 Desember 2004, potensi bencana geologi ini nyaris dilupakan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Kita tergagap, padahal, gempa, gunung meletus, dan tsunami telah memberi torehan panjang dalam sejarah nusantara. 

Bahkan, barangkali, bencana geologi menjadi pemicu tumbuh, mati, dan pergeseran peradaban di nusantara? Runtuhnya kejayaan peradaban di Pantai Barat Sumatera—misalnya Barus dan Singkil—diperkirakan karena gempa dan tsunami. Demikian halnya, pergeseran Mataram kuno dari sekitar Merapi ke Jawa Timur, juga sering dihubungkan dengan pergolakan Merapi, dst. 

Peliputan ini diharapkan bisa mengingatkan bangsa ini bahwa kita hidup di atas tanah yang retas dan agar bisa lebih bijak dan waspada. Juga untuk mendorong agar mitigasi bencana menjadi salah satu acuan dalam pembangunan nasional, terutama dalam tata ruang maupun anggaran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar