Senin, 24 Oktober 2011

penginderaan jauh


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penginderaan Jauh
2.1.1. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh yang disingkat dengan PJ atau inderaja, dalam bahasa Inggris disebut Remote sensing, bahasa Prancis disebut Telediction, bahasa Jerman adalah Fernerkundung, Portugis menyebutnya denagn Sensoriamento remota, bahasa Rusia disebut Distantinaya, dan bahasa Spayol disebut Perception remota.
Menurut para ahli penginderaan jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek di permukaan bumi dengan menggunakan alat yang tidak langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan kiefer, 1979).
Sedangkan menurut Lindgren (1985) mengemukakan bahwa penginderaan jauh merupakan variaasi teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan dari permukaan bumi. Pendapat Lindgren tersebut menunjukan bahwa penginderaan jauh merupakan teknik, karena dalam perolehan data menggunakan teknik, dimana data tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga, objek, alat, dan wahana yang membentuk suatu gambaryang dikenal dengan citra (imagery) dan data citra.
Ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh (Campbell, 1987). Hal ini biasanya berhubungan dengan pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu objek.
Suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas jauh dari objek yang diindera (Colwell, 1984). Foto udara, citra satelit, dan citra radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
Jadi peninderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk menganalisis permukaan bumi dari jarak yang jauh, dimana perekamannya dilakukan di udara atau di angkasa dengan menggunakan alat sensor atau wahana.
Alat yang dimaksud adalah alat perekam yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya yaitu alat tersebut pada waktu perekaman tidak ada di permukaan bumi, tetapi di udara atau di angkasa. Karena itu perekaman menggunakan wahana (platform) seperti satelit, pesawat udara, balon udar dan sebagainya.
2.1.2. Komponen dasar penginderaan jauh
Empat komponen dasar dari system penginderaan jauh adalah target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam sensor ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh objak tersebut.untuk memperoleh data penginderaan jauh diperlukan komponen-kpmponen penginderaan jauh diantaranya tenaga, objek, sensor, detector dan wahana. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor.
Sensor adalah sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setalah dicatat data, data akan mengirimkan ke stasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citra ini kemudian diinterpretasi untuk mencari informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan autumotic dengan bantuan computer dan perangkat lunak pengola citra. Tenaga yang memancar dari matahari ke permukaan bumi (objek) akan memantul maupun memancar kembali dan sebagian tenaga yang memantul maupun yang memancar direkam dalam alat (sensor). Pada sensor terdapat dtektor yang ada didalam alat yang dipasang pada wahana (seperti pesawat, balon udara). Alat perekam atau sensor merupakan alat yang berfungsi sebagai penerima tenaga pantulan Maupin pancaran yangditerima oleh detector.
1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
  1. Fungsi tenaga adalah untuk menyinari obyek permukaan bumi dan memantulkannya pada sensor
  2. Tenaga Alamiah, yaitu sinar matahari
  3. Tenaga Buatan, yang berupa gelombang mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Waktu penyinaran, jumlah energi yang diterima oleh obyek pada saat matahari tegak lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak enegri yang diterima obyek, makin cerah warna obyek tersebut.
  • Bentuk permukaan bumi, permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas
  • Keadaan Cuaca, kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.
2.  Obyek
Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Obyek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contoh :
permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.
3. Sensor dan Wahana
a. Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
Sensor Fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit)
Sensor Elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini direkam dalam pada pita magnetic yang kemudian dapat diproses menjadi data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan sebutan citra.
b. Wahana
Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :
Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000 – 9.000 meter di atas permukaan bumi
Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 meter di atas permukaan bumi
Satelit, wahana yang  peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.
Satelit, wahana dengan peredaran di luar angkasa
2.1.3. Spektrum Elektromagnetik
Tenaga elektromagnetik merupakan suatu berkas sinar atau dikenal dengan spectrum yang luas, karena luasnya tenaga elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang, maka berbagai panjang gelombang tersebut diklasifikasikan diantaranya: spectrum kosmik, gamma, X, ultra violet, tampak, infra merah, termal, gelombang mikro dan radio. Spectrum yang mampui masuk ke permukaan bumi melalui celah-celah atmosfe yang disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang sejak dulu digunakan oleh manusia adalah spectrum tampak. Spectrum ini mempunyai λ 0.4-0,7µm dan sesuai dengan kepekaan mata manusia. Oleh karena itu penggunaan jendela atmosfer dengan spectrum tampak digunakan pertam kali oleh penginderaan jauh. Material-material yang melayang dan tersebar di atmosfer ini berfungsi untuk menghambat, menyerao, dan memantulkan tenaga radiasi matahari. Disebut hamburan. Hamburan diklasifikasikan menjadi: Hamburan Rayleigh, Hamburan Mie, Hamburan Non selektif.
1)      Hamburan Reyleigh
Hamburan ini terisi oleh material maupun unsure-unsur kimia yang sangat ringan seperti Nitrogen, Oksigen, Gas, Ozon dan sebagainya. Ini dicirikan dengan warna langit cerah kebiruan. Panjang gelombang pada spktrum ini banyak tersebar pada saluran biru (λ 0,4-0,5 µm). Lillesand dan Kiefer (1979) menyebutkan bahwa hamburan Reyleigh menyebabkan foto hitam putih nampak berkabut, sedangkan pada foto berwarna memberikan warna abu kebiruan yang mengurangi ketajaman objek pada foto.
2)      Hamburan Mie
Hamburan ini terisi oleh material-materil yang diameternya hamper sama denagn spectrum tampak, karena inti kebiruan  ini menempati lampiran atmosfer yang tersebar dibawah hamburan rayleigh. Hamburan ini terdiri dari debu, kabut, asap dan sebagainya. Hal ini dicirikan dengan warna langit yang cerah keputihan. Hamburan Mie banyak tersebar pada saluran hijau.
3)      Hamburan Non Selektif
Hamburan ini memiliki diameter material yang lebih besar dari spectrum tampak dengan material seperti: debu, asap, uap air, CO3, dan sebagainya. Hamburan ini dicirikan dengan warna langit yang gelap (awan komulonimbus).
System fotogarafik menggunakan λ 0,3-0,9 µm yang terbagi menjadi beberapa spectrum dan satu spekrtum tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa saluran (band).
1.      Spektrum Ultraviolet λ 0,002- 0,4 µm
  1. Saluran ultra violet jauh λ 0,002-0,2 µm, tatapi belum dimanfaatkan untuk penginderaaan jauh.
  2. Saluran ultra violet sedang λ 0,002-0,3 µm, tetapi belum dimanfaatkan untuk penginderaaan jauh.
  3. Saluran ultra violet dekat λ 0,3-0,4 µm, saluara ini dimanfaatkan untuk penginderaaan jauh.
2.      Spektrum Tampak λ 0,4-0,7 µm
a.       Saluran biru λ 0,4-0,5 µm, saluran ini digunakan untuk penginderaan jauh dengan earna dasar biru.
b.      Saluran hijau λ 0,5-0,6 µm, saluran hijau dan biru pernah digunakan dalam penginderaan jauh dan citranya disebut dengan citra ortokromatik.
c.       Saluran merah λ 0,6-0,7 µm, saluran merah digunakan untuk penginderaan jauh dengan warna dasar merah.
Saluran biru, hijau dan merah digunakan bersama-sama dalam perekamanya dengan hasil citranya adalah citra pankromatik, tetapi dalam perekaman objek dapat dilakukan dengan menggunakan campuran spectrum tampak dan inframerah. Paket praktis dan magnetis yang bergerak demgan kecepatan sinar pada frekuensi dan panjang gelombang tertentu dengan sejumlah tenaga tertentu . Tenelek dari matahari  merupakan sumber tenaga alami dan tenaga buatan. Alami  pasif –debu , air .uap , atau obyek –obyek lain –lain di bumi.
  • Berdasarkan sumbu kamera
    1. Foto vertical atau tegak, yaitu menggunakan arah sumbu sebesar 10 atau lebih.
    2. Foto agak condong, yaitu menggunakan sumbu kamera yang menghasilkan foto yang masih tidak tampak cakrawalanya.
    3. Foto sangat condong, yaitu menggunakan sumbu kamera hingga menghasilkan foto yang tampak cakrawalayanya.
  • Berdasarkan jumlah dan jenis kameranya
1.      Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal.
2.      Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Foto jamak dibedakan atas:
a.       Foto multispectral, yaitu foto daerah yang sama dibuat dengan saluran yang berbada – beda.
b.      Foto kamera ganda, yaitu pada setiap pemotretan di hasilkan dua foto yang berbada.
c.       Foto udara yang di buat dengan satu kamera vertical dibagian tengah ditambah dua, empat, atau delapan kamera condong dibagian tepi.
Tenaga – berlangsung kecepatan tetap dangan gelombang yang teratur dan sama . tenga ini mempunyai panjang gelombang dengan frekuensi berjalan terbalik . Panjang gelombang – jarak puncak gelombang ke puncak berikutnya frekuensi sirklus gelombang yang melalui titik detik. Radar adalah singkatan dari Radio Detection And Ranging,bekerja pada gelombang radio dan gelombang mikro ,dengan panjang gelombang beberapa millimeter hingga sekitar satu meter , sistim pencitraan Radar sebagai sumber energi elektromaknetik, meng ‘iluminasi’ permukaan bumi kemudian energi pantulannya terdeteksi dan terekam oleh sistim radar tersebut sebagai citra.sehingga dengan demikian sistim ini sering disebut dengan penginderaan jauh aktif.  Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target ,ukuran jarak tersebut didapat dengan mengukur waktu yang diperlukan gelombang elektromaknetik selama perjalananya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor.pada awalnya penggunaan system radar pada pemetaan / pengginderaan jauh ,dilakukan dengan system Real Apeture radar [RAR]. Pada system ini digunakan antena cukup panjang ,akan tetapi dengan pemakaian antenna yang panjang tersebut ,sangat banyak keterbatasan nya, terutama menyakut ketelitian spasial dan penempatan antena wahana.
Teknik Radar paling canggih saat ini yang di gunakan dalam penginderaan jauh adalah Radar Apertur Sintesa ( Synthetic Aperatur Radar / SAR ). Dalam sistim ini, digunakan antena yang relative kecil dan mampu mengantikan antena yang panjang .perbedaan dengansistim radar konvensional ,gelombang tidak di deteksi secara bersama – sama ( serentak ) dalam seluruh bagian antena sintesis.sebagai pengganti , selam antena kecil bergerak sepanjang lintasan, sinyal yang di terima pada setiap posisi di rekam , kemudian di kombinasikan dengan sistim pengolahan data.sebagai ilustrasi ,bahwa target.kualitas hasil di setiap titik sangat tergantung dari intensitas energi balik yang di pantulkan oleh setiap obyek di lapangan.oleh karena itu intesitas sinyal balik ini sangat tergantung pada sifat fisis dan bentuk permukaan yang di indera ( bentuk topografi , kekasaran, liputan vegetasi ), juga sifat elektrisnya ( konduktifitas).
2.1.4. Citra
            Menurut Horby (1974) bahwa citra adalah gambaran yang tampak pada ermin atau melalui lensa kamera. Sedangkan menurut Simonett dkk (1983) mengemukakan bahwa citra adalah gambaran suatu objek biasanya berupa gambaran objek pada foto yang dihasilkan dengan cara optic, elektro-optik, optic mekanik atau elektrik.
1.      Jenis-jenis Citra
§  Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Berdasarkan sistem wahana yang digunakan.
o  Foto udara adalah foto yang dibuat dari pesawat udara atau balon.
o  Foto satelit atau foto orbital adalah foto yang dibuat dari satelit

§ Citra Non Foto
Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor bukan kamera.
2.      Interpretasi Citra
  • Menurut esyang interpretasi citra merupakan suatu pembuatan untuk mengkaji foto maupun citra non foto dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek yang tergambar pada citra tersebut. Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. (Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7)
  • Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu:
(1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat obyek yang bukan air.
(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu motor.
(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.
Data yang diperoleh melalui perekaman tenaga elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan objek berdasarkan system penginderaan jauh, maka hasilnya disebut dengan data penginderaan jauh. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.
Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
Identifikasi, ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut:
a)      Spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
b)      Spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
c)      Temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
1.      Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama stereoskop, stereoskop dapat digunakan untuk melihat obyek dalam bentuk tiga dimensi.
2.      Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.

3.       Teknik Interpretasi Citra
Dalam interpratasi citra, teknik diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a.       Teknik  Langsung
Teknik ini dilakukan dengan cara menginterpretasi citra maupun digitasi secara langsung terhadap objek-objek yang nampak, seperti : vegetasi dan penggunaan lahan, pola aliran sungai, jaringan jalan, dan sebagainya.
b.      Teknik Tidak Langsung
Teknik ini dilakukan dengan cara menginterpretasi citra maupun digitasi secara langsung terhadap objek-objek yang tidak nampak pada citra, karena tertutup oleh vegetasi dan penggunaan lahan, tetapi objek tersebut dapat diinterpretasi dengan menggunakan asosiasi suatu objek.
            Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra dalam hal hambatan-hambatan untuk melakukan interpretasi dan klasifikasi yang diperlukan. Beberapa faktor penting, terutama untuk aplikasi kehutanan tropis adalah:
  1. Tutupan awan. Terutama untuk sensor pasif, awan bisa menutupi bentuk-bentuk yang berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak dimungkinkan, Masalah ini sangat sering dijumpai di daerah tropis, dan mungkin diatasi dengan mengkombinasikan citra dari sensor pasif (misalnya Landsat) dengan citra dari sensor aktif (misalnya Radarsat) untuk keduanya saling melengkapi.
  2. Bayangan topografis. Metode pengkoreksian yang ada untuk menghilangkan pengaruh topografi pada radiometri belum terlalu maju perkembangannya.
  3. Pengaruh atmosferik. Pengaruh atmosferik, terutama ozon, uap air dan aerosol sangat mengganggu pada band nampak dan infrared. Penelitian akademis untuk mengatasi hal ini masih aktif dilakukan.
Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yang ingin dihasilkan. Semakin detail peta yang ingin dihasilkan, semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal ini salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spectral dan spasial dari citra komersial yang tersedia.
Perekaman data dari citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi bagi objek yang rona dan warnanya sama.
Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
4.      Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai citra tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi citra terdiri :
  1. Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut merupakan lokasi semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
  1. Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.
  1. Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya.
  1. Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda.
  1. Pola
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
  1. Bayangan
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya.
  1. Situs
Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.
  1. Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga. Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, maka semakin menciut lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan cara ini disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of evidence).
  1. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehinggalingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.
5.      Pemanfaatan Citra
Ø Bidang Penggunaan Lahan
      Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi tekn ologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan  pengembangan wilayah.
Ø  Bidang Kehutanan
Bidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk kayu termasuk perencanaan  pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan kembali, pengelolaan dan pencacahan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, rekreasi, dan pengawasan kebakaran. Kondisi fisik hutan sangat rentan terhadap bahaya kebakaran maka penggunaan citra inframerah akan sangat membantu dalam penyediaan data dan informasi dalam rangka memonitoring perubahan temperatur secara kontinu dengan aspek geografis yang cukup memadai sehingga implementasi di lapangan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan cepat. 
Ø  Bidang Katrografi
      Peta citra merupakan citra yang telah bereferensi geografis sehingga dapat dianggap sebagai peta. Informasi spasial yang disajikan dalam peta citra merupakan data raster yang  bersumber dari hasil perekaman citra satelit sumber alam secara kontinu. Peta citra memberikan semua informasi yang terekam pada bumi tanpa adanya generalisasi. Peranan peta citra (space map) dimasa mendatang akan menjadi penting sebagai upaya untuk mempercepat ketersediaan dan penentuan kebutuhan peta dasar yang memang belum dapat meliput seluruh wilayah nasional pada skala global dengan informasi terbaru . Peta citra mempunyai keunggulan informasi terhadap peta biasa. Hal ini disebabkan karena citra merupakan gambaran nyata di permukaan bumi, sedangkan peta biasa dibuat berdasarkan generalisasi dan seleksi bentang alam ataupun buatan manusia. Contohnya peta dasar dan peta tanah. 
Ø  Bidang Oseanografi
Manfaat penginderaan jauh di bidang oseanografi (kelautan) adalah sebagai berikut: 
a)       pengamatan sifat fisis laut, seperti suhu permukaan, arus permukaan, dan  salinitas sinar tampak (0-200 m). 
b)      Untuk mengamati pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah, dan frekwensi).
c)      Mencari lokasi upwelling, singking dan distribusi suhu permukaan.
d)     Melakukan studi perubahan pantai, erosi, dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
Ø  Bidang Hidrologi
Manfaat penginderaan jauh di bidang hidrologi adalah sebagai berikut:
a)      Untuk mengamati daerah aliran sungai dan konservasi sungai.
b)      Pemetaan sungai dan studi  sedimentasi sungai.
c)      mengamati luas daerah intensitas banjir.
Ø  Bidang Geofisika Bumi Padat, Geologi, Geodesi, Dan Lingkungan
      Manfaat penginderaan jauh di bidang geofisika, geologi, dan geodesi adalah sebagai berikut:
a)      Melakukan pemetaan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan menggunakan aplikasi GIS.
b)      Menentukan struktur geologi dan macam batuan. 
c)      Melakukan pemantauan daerah bencana (kebakaran), pemantauan aktivitas gunung berapi, dan pemantauan persebaran debu vulkanik.
d)     Melakukan pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi, macam, kepadatan, dan perusakan), bahan tambang (uranium, emas, minyak bumi, dan batu bara).
e)      Melakukan pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
f)       Melakukan pemantauan pencemaran udara dan pencemaran laut. (Dra. Sri Hartati Soenarmo MSP, 1993).
Ø  Bidang Meteorologi
Manfaat penginderaan jauh di bidang meteorologi adalah sebagai berikut:
b)      Untuk menamati iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat perawanan dan kandungan air dalam udara. 
c)      Membantu analisis cuaca dan prediksi dengan cara menentukan daerah tekanan tinggi dan tekanan rendah serta daerah hujan badai dan siklon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar